Alkisah,
sepasang kakak (5th) dan adik (3rd) sedang mengamati
ayahnya minum secangkir kopi diteras rumah. Hampir setiap hari ayah dari kedua
anak tersebut meminum kopi. Terutama saat cuaca mendung. Kedua anak tersebut
heran dengan kebiasaan ayahnya. “Apa istimewanya air yang berwarna hitam itu?”.
Perlahan,
sepasang kaki-kaki mungil itu mendekati sang ayah “ayah, kopi itu enak?”
“enak,
tapi kalau diberi tambahan gula” jelas ayah sambil meminum sedikit demi sedikit
kopi yang masih panas. mereka berdua masih terlihat bingung dengan penjelasan
sang ayah “kalau kopi enak pake gula, kenapa tidak diberi nama gula kopi?”.
Sang
ayah tersenyum, sambil mempersilahkan kedua buah hatinya duduk di pangkuannya.
Kopi tanpa gula memiliki makna yang hampir sama dengan sayur tanpa garam.
Mereka ada, tapi terkadang mereka tidak berwujud bahkan tidak disebut-sebut
namanya. Meskipun demikian siapa saja penikmat kopi mengerti kalau gula
merupakan bagian terpenting dari secangkir kopi yang nikmat.
Seperti
itulah kehidupan ini, anakku. Tidak perlu kita menginginkan disebut atau
memperlihatkan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain, yang terpenting
kebaikan yang kita lakukan akan bermanfaat untuk orang lain. Bukankan yang
menjadikan gula istimewa karena manfaatnya? Bentuk atau rupa tidak menjadi
ukuran, tetapi manfaat kebaikan-kebaikanlah yang menjadi nilai terpenting dalam
kehidupan kita.
Sepasang
kakak dan adik saling melempar senyum mendengar penjelasan ayah. Sore hari itu,
gerimis membahasi rumah dan tanah-tanah yang kering. Tapi, hawa dingin yang
tertiup ikut menghangat dengan tawa seorang ayah serta kakak dan adik diteras
rumah sambil ditemani secangkir kopi panas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar