Kamis, 18 Juni 2015

Lube Cacing Dan Koksi Kumbang

Lubee adalah seekor cacing yang hidup di tanah ladang, setiap hari lubee bekerja bersama koksi kumbang untuk membantu petani menyuburkan tanaman. Lubee memulai pekerjaannya dengan memakan daun jatuh kemudian membawanya ke dalam tanah, sehingga terdapat pori-pori tanah untuk bernafas. Kotoran lubee juga bermanfaat untuk tanaman, karena menggandung hormon-hormon tertentu yang tidak dimiliki  kompos biasa sedangkan koksi bekerja dengan memangsa serangga yang menggangu tanaman seperti kutu-kutu daun.
Lubee dan koksi menyenangi pekerjaannya tersebut, mereka mengerjakan dengan riang hati dan bersemangat. sesekali mereka saling bercengkrama dan saling melindungi. Saat lubee kepanasan, koksi menutupi dengan daun-daun yang dijatuhkan dari atas tanaman dan saat koksi kehujanan, lubee membuatkan tempat berlindung dari tanah.
Suatu hari, teira belalang berkunjung ke ladang. Teira inggin mengetahui pekerjaan yang di lakukan lubee dan koksi, menurut teira pekerjaan tersebut sangatlah membosankan. Teira mengamati lubee dan koksi bekerja sambil bermalas-malasan di atas daun yang teduh.
“Lubee, Koksi mari kita bermain. Kalian tidak lelah bekerja sepanjang hari?”
“maaf teira, pekerjaan ini harus sudah selesai sebelum hujan turun” ungkap koksi, cuaca hari ini memang mendung.
Teira berfikir keras, agar mendapatkan teman untuk bermain. Segala usaha di lakukan teira agar lubee dan koksi ikut bermain bersamanya. Sampai akhirnya, teira mendapatkan ide untuk memecah persahabatan mereka. Saat lubee sedang masuk ke dalam tanah. Teira mendekati koksi
“Koksi, kenapa kamu mau berteman dengan lubee. Tiap hari kamu melindungi lubee dari hewan-hewan pengganggu tanaman tapi pak tani hanya menganggap lubee paling berjasa terhadap tanamannya”.
Koksi tidak bergeming, koksi menyakinkan kalau mereka saling bekerjasama untuk membantu pak tani.
“kamu bekerjas seharian, tapi kamu tidak tau apa yang dilakukan lubee di dalam tanah, bisa saja dia sedang tidur sekarang”.
Koksi hanya tersenyum, dengan sangat yakin dia menjawab bahwa temannya sedang sibuk di bawah sana, bekerja untuk membuat pori-pori agar tanah dapat bernafas. Teira kebingungan, hampir semua pertanyaan yang di ajukan koksi jawab dengan penuh keyakinan kepada sahabatnya lubee. Akhirya teira mendapatkan ide, untuk membuat cerita palsu bahwa lubee sering menjelek-jelekan koksi. Teira menceritakan bahwa lubee pernah mengatakan koksi hanya duduk santai di atas daun sambil memakan hewan-hewan kecil, tapi lubee harus kepanasan menggemburkan tanah dan membuat pupuk dari daun. Tanpa koksi, lubee dapat menyuburkan tanaman tapi koksi tidak pernah berterimakasih kepada lubee karena mengijinkan untuk koksi tinggal bersama nya.
Mendengar cerita tersebut, telinga koksi menjadi merah. Koksi marah sahabatnya tega membicarakan hal tersebut kepada oranglain. Bukankah lubee pernah berjanji akan saling menjaga dan melakukan pekerjaan bersama-sama. Pada saat itu juga, koksi turun ke bawah pohon dan memanggil lubee.
“Lubee keluar kamu dari dalam sana”
Lubee yang sedang membuat pori-pori tanah, kaget mendengar teriakan koksi. Dengan wajah bingung lubee keluar dari tanah.
“Ada apa koksi? Apakah terjadi sesuatu di atas sana?”.
Koksi menumpahkan semua kekecewaannya kepada lubee, lubee bingung dan menjelaskan bahwa semua salah paham. Tapi koksi tidak mau mendengarkannya, ia pergi dari ladang bersama teira.
            Lubee yang sedih karena di tinggalkan koksi tetap menjalakan pekerjaan seperti biasanya, tapi sekarang lubee kesulitan untuk mengusir hewan-hewan pemakan daun. Lubee tidak pernah mencari pengganti koksi, hal-hal yang di sukai koksi seperti main lempar daun masih sering lubee lakukan meskipun sendirian.
            Di lain tempat, koksi dan teira asik bermain. Loncat dari satu daun ke daun yang lain, bernyanyi dan menari menikmati hari. “Seperti inilah hidup, di nikmati dengan bermain-main tidak hanya bekerja” ucap teira kepada koksi. Koksi tersenyum, dia menikmati hari tapi di dalam hatinya seperti ada yang hilang apalagi saat melihat tanah. Dibawah sana, dulu dia sering bermain petak umpet bersama lubee.
            Musim hujan telah datang, teira berpamitan pulang kembali kerumahnya. Koksi tersadar bahwa dia harus mencari tempat berlindung dari hujan.
“Tapi dimana? Bukankah aku yang telah memutuskan untuk pergi dari rumahku?”.
Koksi kebingungan mencari tempat berlindung, badannya demam terguyur air hujan, pelan-pelan koksi berjalan menuju rumah lubee. Sebenarnya koksi tidak mau tapi kondisi badannya semakin lemah. Sampai depan pintu rumah, lubee menangis melihat kondisi sahabatnya segera lubee menyelimuti dan merawat sahabatnya.
Keesokan harinya kondisi koksi mulai membaik, dengan kondisi badan yang masih lemah koksi berpamitan dan minta maaf karena telah merepotkan.
“Tinggallah di sini bersamaku koksi, seperti dulu”
“tidak lubee, saya malu telah banyak merepotkanmu bahkan memarahimu”
“lupakan hal yang sudah berlalu, di sini saya membutuhkan bantuanmu untuk mengusir hama”

Lubee dan koksi saling berbagi dan mengerti bahwa kejadian kemaren merupakan ulah teira.  Kini, persahabatan mereka terjalin dengan rasa kepercayaan. Hari-hari mereka nikmati dengan bekerja dan bermain bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar