Lubee adalah seekor
cacing yang hidup di tanah ladang, setiap hari lubee bekerja bersama koksi kumbang
untuk membantu petani menyuburkan tanaman. Lubee memulai pekerjaannya dengan memakan
daun jatuh kemudian membawanya ke dalam tanah, sehingga terdapat pori-pori
tanah untuk bernafas. Kotoran lubee juga bermanfaat untuk tanaman, karena
menggandung hormon-hormon tertentu yang tidak dimiliki kompos biasa sedangkan koksi bekerja dengan
memangsa serangga yang menggangu tanaman seperti kutu-kutu daun.
Lubee dan koksi
menyenangi pekerjaannya tersebut, mereka mengerjakan dengan riang hati dan
bersemangat. sesekali mereka saling bercengkrama dan saling melindungi. Saat
lubee kepanasan, koksi menutupi dengan daun-daun yang dijatuhkan dari atas
tanaman dan saat koksi kehujanan, lubee membuatkan tempat berlindung dari
tanah.
Suatu hari, teira
belalang berkunjung ke ladang. Teira inggin mengetahui pekerjaan yang di
lakukan lubee dan koksi, menurut teira pekerjaan tersebut sangatlah membosankan.
Teira mengamati lubee dan koksi bekerja sambil bermalas-malasan di atas daun
yang teduh.
“Lubee, Koksi mari kita
bermain. Kalian tidak lelah bekerja sepanjang hari?”
“maaf teira, pekerjaan
ini harus sudah selesai sebelum hujan turun” ungkap koksi, cuaca hari ini
memang mendung.
Teira berfikir keras,
agar mendapatkan teman untuk bermain. Segala usaha di lakukan teira agar lubee
dan koksi ikut bermain bersamanya. Sampai akhirnya, teira mendapatkan ide untuk
memecah persahabatan mereka. Saat lubee sedang masuk ke dalam tanah. Teira
mendekati koksi
“Koksi, kenapa kamu mau
berteman dengan lubee. Tiap hari kamu melindungi lubee dari hewan-hewan
pengganggu tanaman tapi pak tani hanya menganggap lubee paling berjasa terhadap
tanamannya”.
Koksi tidak bergeming,
koksi menyakinkan kalau mereka saling bekerjasama untuk membantu pak tani.
“kamu bekerjas seharian,
tapi kamu tidak tau apa yang dilakukan lubee di dalam tanah, bisa saja dia
sedang tidur sekarang”.
Koksi hanya tersenyum,
dengan sangat yakin dia menjawab bahwa temannya sedang sibuk di bawah sana,
bekerja untuk membuat pori-pori agar tanah dapat bernafas. Teira kebingungan,
hampir semua pertanyaan yang di ajukan koksi jawab dengan penuh keyakinan
kepada sahabatnya lubee. Akhirya teira mendapatkan ide, untuk membuat cerita
palsu bahwa lubee sering menjelek-jelekan koksi. Teira menceritakan bahwa lubee
pernah mengatakan koksi hanya duduk santai di atas daun sambil memakan
hewan-hewan kecil, tapi lubee harus kepanasan menggemburkan tanah dan membuat
pupuk dari daun. Tanpa koksi, lubee dapat menyuburkan tanaman tapi koksi tidak
pernah berterimakasih kepada lubee karena mengijinkan untuk koksi tinggal
bersama nya.
Mendengar cerita
tersebut, telinga koksi menjadi merah. Koksi marah sahabatnya tega membicarakan
hal tersebut kepada oranglain. Bukankah lubee pernah berjanji akan saling
menjaga dan melakukan pekerjaan bersama-sama. Pada saat itu juga, koksi turun
ke bawah pohon dan memanggil lubee.
“Lubee keluar kamu dari
dalam sana”
Lubee yang sedang membuat
pori-pori tanah, kaget mendengar teriakan koksi. Dengan wajah bingung lubee
keluar dari tanah.
“Ada apa koksi? Apakah
terjadi sesuatu di atas sana?”.
Koksi menumpahkan semua
kekecewaannya kepada lubee, lubee bingung dan menjelaskan bahwa semua salah
paham. Tapi koksi tidak mau mendengarkannya, ia pergi dari ladang bersama
teira.
Lubee
yang sedih karena di tinggalkan koksi tetap menjalakan pekerjaan seperti
biasanya, tapi sekarang lubee kesulitan untuk mengusir hewan-hewan pemakan
daun. Lubee tidak pernah mencari pengganti koksi, hal-hal yang di sukai koksi
seperti main lempar daun masih sering lubee lakukan meskipun sendirian.
Di
lain tempat, koksi dan teira asik bermain. Loncat dari satu daun ke daun yang
lain, bernyanyi dan menari menikmati hari. “Seperti inilah hidup, di nikmati
dengan bermain-main tidak hanya bekerja” ucap teira kepada koksi. Koksi
tersenyum, dia menikmati hari tapi di dalam hatinya seperti ada yang hilang
apalagi saat melihat tanah. Dibawah sana, dulu dia sering bermain petak umpet
bersama lubee.
Musim
hujan telah datang, teira berpamitan pulang kembali kerumahnya. Koksi tersadar
bahwa dia harus mencari tempat berlindung dari hujan.
“Tapi dimana? Bukankah
aku yang telah memutuskan untuk pergi dari rumahku?”.
Koksi
kebingungan mencari tempat berlindung, badannya demam terguyur air hujan,
pelan-pelan koksi berjalan menuju rumah lubee. Sebenarnya koksi tidak mau tapi
kondisi badannya semakin lemah. Sampai depan pintu rumah, lubee menangis
melihat kondisi sahabatnya segera lubee menyelimuti dan merawat sahabatnya.
Keesokan
harinya kondisi koksi mulai membaik, dengan kondisi badan yang masih lemah
koksi berpamitan dan minta maaf karena telah merepotkan.
“Tinggallah
di sini bersamaku koksi, seperti dulu”
“tidak
lubee, saya malu telah banyak merepotkanmu bahkan memarahimu”
“lupakan
hal yang sudah berlalu, di sini saya membutuhkan bantuanmu untuk mengusir hama”
Lubee
dan koksi saling berbagi dan mengerti bahwa kejadian kemaren merupakan ulah
teira. Kini, persahabatan mereka
terjalin dengan rasa kepercayaan. Hari-hari mereka nikmati dengan bekerja dan
bermain bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar